Mega Putri Caesaria saat tour di Gurun Sahara. |
Tour & Guide Maroko. -Beberapa pejalan pasti punya tempat-tempat khusus yang harus didatangi ketika melakukan perjalanan. Entah itu tempat makan, pusat keramaian, atau museum. Tak terkecuali desainer Wego Indonesia, Mega Putri Caesaria yang juga menggunakan jasa wisatamaroko.com saat travelling di Maroko.
Setelah berlibur di Maroko pada Oktober lalu, Mega punya rekomendasi tempat yang harus didatangi oleh visual artist. Maroko adalah negara yang menyegarkan mata. Keindahan ukiran dan permainan warna serta motif dapat ditemukan di gedung bersejarah, rumah-rumah penduduk, hingga perlengkapan sehari-hari. Tapi, kalau kamu bukan visual artist, kamu tetap bisa menikmati keindahan yang akan memanjakan mata di tempat-tempat berikut ini .
Riad Dar Wildeve
Perjalanan “cuci mata” ini bisa kamu mulai di Marrakech. Salah satu kota paling sibuk di Maroko ini memiliki banyak tempat yang akan disenangi para pencinta desain seperti Mega.
Karena bukan “anak hotel”, Mega memilih bermalam di Riad Dar Wildeve selama di Marrakech. “Dulu itu sebenarnya rumah warga, tapi karena sudah sering dijadikan tempat nginep, akhirnya sekarang disewakan,” jelas Mega. Suasana seperti rumah sendiri akan sangat kental kamu rasakan dengan biaya yang hanya sekitar Rp270 ribu per orang.
Bangunan asli khas rumah penduduk Maroko ini dilengkapi dengan ornamen motif Maroko pada jendela dan perabotan di dalam rumah. Kesan modern yang dipadu dengan sentuhan tradisional Maroko akan bikin kamu betah berlama-lama di dalamnya. Selain itu, penginapan ini punya atap yang keren banget dengan pemandangan langsung ke rumah-rumah penduduk. Serasa jadi warga Marrakech kalau menginap di sini.
Ben Youssef Madrassa
Siapa sangka bangunan yang cantik dan besar ini dulunya adalah sekolah? Yap, Ben Youssef dulunya adalah sekolah (madrasah) yang kini telah dijadikan salah satu situs wisata di Marrakech. Perpaduan antara warna-warna alam seperti biru, hijau, dan cokelat menghiasi seluruh bangunan madrasah ini.
Begitu sampai sana kamu bakal disuguhi semua yang serba detail. “Kebayang nggak, sih, ini dibikin tahun berapa dan masih pakai tangan?” cerita Mega dengan kagum. Di seluruh bangunan madrasah juga diukir ayat-ayat Al-Qur’an yang menambah rasa takjub Mega terhadap bangunan bersejarah ini.
Maison de la Photographie de Marrakech
Tidak jauh dari Ben Youssef, ada sebuah museum fotografi bernama Maison de la Photographie de Marrakech. Jangan heran kalau nama museum ini pakai bahasa Prancis. Selain bahasa Berber, dan Arab, sehari-harinya penduduk Maroko juga bicara bahasa Prancis.
“Di sini tuh isinya foto tokoh-tokoh sejarah Maroko dan fotonya bagus-bagus banget! Museumnya dikemas dengan modern dan genic dengan ‘hawa’ hijau dan berasa seperti di rumah,” tutur Mega. Agar bisa puas berkeliling, datanglah ketika kamu punya waktu luang yang panjang. Tenang saja, museum ini cenderung sepi jadi kamu bisa berkunjung kapan saja mulai pukul 9.30 – 19.00 waktu Maroko. “Nggak semua orang tertarik ke sini, tapi kalau emang suka museum dan fotografi, wajib ke sini.” tutup Mega.
Cafe Clock
Menurut Mega, variasi makanan tradisional Maroko tidak banyak, hanya seputar couscous, tagine, dan brochette. Saat sudah bosan dengan makanan tradisional Maroko, maka ia mulai mencari kafe yang menyajikan menu western dan ketemu si Cafe Clock ini. Sebagai pencinta kafe, Mega mengaku langsung suka dengan kafe ini.
Interiornya bernuansa pop-art berpadu dengan budaya Maroko yang ditunjukkan dengan mural pada seluruh dinding ruangan. “Sekali-kali kita mampir ke tempat gaulnya orang sini! Ini kafe hipster yang mengangkat nuansa pop-art. Pelayannya juga ramah banget karena orang yang kerja di sini masih muda dan makanannya enak,” ujar Mega. Kita juga bisa naik ke atap kafe untuk melihat pemandangan “medina” atau “kota” dari ketinggian.
Majorelle Garden (Taman Yves Saint Laurent)
Kalau kamu penggemar kosmetik dan fashion, pasti sering dengar nama Yves Saint Laurent (YSL). “Setelah makan di Cafe Clock, sore harinya kita ke Majorelle Garden. Masuknya memang agak mahal, sekitar €7. Katanya, Majorelle Garden ini dulunya adalah tempat sang desainer, YSL, mencari inspirasi untuk karya-karyanya,” cerita Mega.
Menurut Mega, bagian dalam botanical garden ini sangat kontras dengan kota Marrakech. “Bisa dibilang taman ini adalah oasenya Marrakech. Di luar taman, ‘kan ramai, hustle-bustle pasar, dan nuansanya merah. Pas masuk ke sini tiba-tiba nuansanya biru, tenang, dan rindang banget,” Mega bercerita dengan semangat. Kamu juga bisa menemukan kafe, perpustakaan, semua lukisan karya sang desainer, hingga toko oleh-oleh yang menjual kartu pos bergambar karya YSL.
Masjid Hassan II di Casablanca
Masjid Hassan II di Kota Casablanca ini merupakan masjid terbesar di Maroko, lho. Karena begitu megah, mungkin kalau lihat fotonya saja kita bisa keliru dan mengira bangunan bernuansa krem dan hijau itu adalah istana. Dengan menara yang tinggi menjulang dan pintu-pintu yang megah, mata kamu akan dimanjakan dengan ukiran khas Maroko yang sangat cantik. Untuk kamu yang suka berfoto, masjid ini bisa sekali menjadi latar belakang fotomu. Selain bisa menikmati bangunannya yang luar biasa, untuk yang beragama Islam juga bisa beribadah di sini.
Sayangnya, Mega tidak sempat memotret bagian dalam masjid karena ia datang bukan saat waktu salat. Jadi, kalau kamu juga ingin ke masjid ini, usahakan datang ketika waktu salat, ya. Kalau eksteriornya saja megah dan cantik begini, bagaimana interiornya?
Medina Essaouira
Selain Marrakech, kota lain di Maroko yang memanjakan mata adalah Essaouira. “Medina” berarti kota yang memiliki karakteristik khusus seperti gang-gang sempit dan warna tembok yang seragam. Karena letaknya tidak jauh dari Pelabuhan Essaouira, terdapat banyak tempat makan hidangan laut di sana. Tujuan utama Mega ke Essaouira sebenarnya untuk melihat pelabuhan tempat syuting serial Game of Thrones.
Tapi ternyata ia juga terpikat dengan suasana kotanya. “Essaouira bagus banget, kayak di Eropa. Di beberapa tembok ada tulisan kaligrafi arab dan street art. Orangnya juga ramah-ramah,” cerita Mega. Mega juga mencicipi salad dan jus jeruk yang, menurutnya, paling enak yang pernah ia coba selama di Maroko. Kamu juga akan dimanjakan dengan keindahan gedung-gedung bernuansa Eropa zaman dahulu dan cerahnya langit biru.
Chefchaouen
Menghabiskan dua minggu di Maroko, Mega mengaku kalau Chefchaouen merupakan desa favoritnya selain Marrakech. Saat kebanyakan desa di Maroko bernuansa merah, Chefchaouen justru berwarna biru. Meski hanya menghabiskan satu malam, Mega menyempatkan diri mengeksplorasi desa yang tenang ini.
Di Chefchaouen, Mega sengaja membuat pengecualian soal penginapan. Ia yang biasanya memilih hostel bernuansa lokal, kala itu sengaja menginap di Hotel Atlas. Hotel tersebut ia pilih karena terletak di atas bukit. Walaupun sebenarnya ada hotel-hotel kecil yang tersedia di tengah pemukiman warga, tapi pemandangan dari hotel yang terletak di ketinggian ini sangat sayang jika dilewatkan.
“Ini kota favorit selama ngetrip di Maroko karena bersih, sudah lumayan banyak turis tapi belum seramai Fez (kota terbesar ketiga Maroko-red).” ungkapnya. Desa ini sangat wajib dikunjungi, selain surga untuk berfoto, suasana yang ramah dan tenang akan membuat kamu lebih rileks sebelum melanjutkan perjalanan lagi. Plus, kalau membeli oleh-oleh di Chefchaouen, harganya bisa jauh lebih terjangkau dibandingkan di kota turis lainnya. Penulis Mega Putri.
EmoticonEmoticon