|
Bab Rasyif Fes. |
Travel & Tour Guide Maroko. Tidak perlu visa bagi WNI untuk tinggal di Maroko hingga 90 hari. Sepertinya ini yang menjadi alasan utama mengapa Saya memutuskan untuk pergi berlibur ke negara yang terletak di Afrika Utara ini.
Dari London, tempat Saya tinggal saat ini, Maroko bisa ditempuh dengan menggunakan pesawat bertarif murah. Saya hanya membayar tiket pp 16 poundsterling atau sekitar 240 ribu rupiah.
Tidaklah mengherankan jika akhirnya Maroko juga menjadi salah satu tempat wisata favorit bagi para turis dari Inggris.
Tujuan Saya ke Fes di Maroko adalah untuk berburu barang-barang kerajinan tangan di kota tua Medina yang menjadi andalan wisata, seperti jaket dan tas kulit, permadani, serta suvenir dari kuningan dan tembaga.
Teh Poci Ala Maroko
Menuju Medina dapat dilakukan dengan menggunakan taksi dengan tarif sekitar 11 dirham atau 12 ribu rupiah dari pusat kota Fes. Taksi yang identik dengan warna merah dan dinamai Petit Taxi, atau taksi kecil ini hanya boleh mengangkut maksimal 3 orang penumpang.
Petit Taxi di fes
Jangan bayangkan nyamannya taksi dengan AC, karena taksi di Fes tidak menggunakan AC. Untungnya, udara Maroko di bulan April tidaklah sepanas di Indonesia.
Bagi Saya, naik taksi di Fes lebih mirip dengan naik bajaj, karena pengemudinya suka berkelok-kelok mencari celah diantara mobil-mobil di jalan.
Meski demikian, cantiknya pemandangan menuju kota tua Medina membuat Saya lupa betapa tidak nyamannya taksi di kota ini.
Dengan jalanan yang mendaki menuju ke atas bukit, tembok-tembok tinggi berwarna crème yang mengelilingi bangunan menandakan bahwa kami mulai memasuki Medina.
Kota Tua Medina
Taksi Saya berhenti di depan sebuah gapura besar berbentuk seperti kubah masjid. Ini adalah gerbang utama menuju pasar tradisional Medina.
“C’est Bab Bou Jeloud ou le portail bleu”, kata Mohammad, supir taksi yang mengantar Saya dengan bahasa Perancis. “Bab Bou Jeloud atau Gerbang Biru”, ulang Saya sambil berusaha mengingat apa yang diucapkan Mohammad.
Seperi halnya Mohammad, penduduk di Fes tidak fasih berbahasa Inggris. Inilah salah satu kendala yang Saya rasa sejak menginjakkan kaki di bandara. Petugas imigrasi bertanya dan bahkan menjawab pertanyaan Saya dengan bahasa Perancis dan Arab.
Untungnya Saya pergi bersama salah seorang teman yang cakap berbahasa Perancis.
Jadi tips pertama sebelum ke Maroko, belajarlah bahasa Perancis setidaknya untuk bertanya tentang hal-hal seperti arah jalan, harga barang, dsb.
Gang Menuju Resto dan Kafe
Kafe teras
Memasuki gerbang biru, deretan kuliner pinggir jalan membuat Saya ingin mencoba semua jajanan di pasar tradisional ini. Mulai dari korma, kacang, youghurt, hingga jeruk peras khas Fes dapat Anda temukan di sepanjang jalan.
Café untuk minum mint tea ala Maroko umumnya terletak di dalam gang yang diapit tembok-tembok tinggi.
Dari luar kesannya memang sempit, tapi begitu masuk ke dalam, café-café ini ternyata bangunannya bertingkat.
Ruang makannya luas, penuh dekorasi khas Fes, seperti gelas dan piring kuningan. Juga taplak meja dan karpet warna-warni hasil kerajinan tangan penduduk Maroko.
Dari atap teras café, pengunjung bisa bersantai menyaksikan sibuknya aktivitas pasar didalam kota tua Medina sambil menikmati teh yang disajikan dalam teko berbentuk seperti lampu Aladdin.
Atau menyantap masakan ala Maroko seperti couscous dan tajine yang dilengkapi dengan kismis, kurma, dan buah zaitun.
Couscous dan Tajine
Menyusuri gang
Jalan-jalan pasar di kota tua Medina ini haya bisa dilalui dua sepeda motor. Beberapa kali langkah Saya terhenti karena harus menunggu keledai atau kuda poni yang sedang berjalan mengangkut barang di depan Saya.
Uniknya, penduduk dan pengunjung pasar ini tidak terlihat berusaha menyerobot jalan. Mereka menunggu dengan sabar hingga si keledai berbelok ke jalan lain.
Papan Petunjuk Jalan
Setiap belokan dalam pasar ini membawa Saya menuju ke tempat yang berbeda. Kalau tersesat, Saya hanya tinggal mengikuti penunjuk jalan wana biru berbentuk bintang untuk kembali ke gerbang utama atau Gerbang Biru.
Salah satu kerajinan tangan paing terkenal dari Fes adalah kulit atau tanneries. Pasar tradisional ini menyediakan berbagai model tas, sepatu, dan jaket kulit dengan berbagai pilihan warna.
Setiap pengunjung diajak untuk melihat proses pewarnaan kulit dari atap toko. Mulai saat kulit dicelupkan kedalam tong-tong raksasa, hingga proses pewarnaan, dan pengeringan.
Proses Pewarnaan Kulit
Pemandu wisata yang juga penjaga toko kemudian membagikan setangkai daun mint. Ini dimaksudkan untuk melawan mual bagi mereka yang tidak tahan bau kulit binatang.
Sebagian besar bahan kulit didapat dari Unta. Harga satu jaket kulit berkisar antara 500 ribu hingga 2 juta rupiah. Sementara sandal kulit harganya sekitar 60 ribu.
“Kulit ini tahan api dan air”, kata Idris si penjual kulit sambil menuangkan satu gelas air di atas jaket kulit yang ternyata memang tidak basah. “Garansi seumur hidup”, tambahnya.
Karena namanya pasar, jangan ragu untuk menawar. Karena mayoritas penjual berbahasa Perancis, sebaiknya Anda menuliskan harga yang Anda mau di secarik kertas dan berikan kepada si penjual.
Selain kulit, Maroko juga terkenal dengan karpet dan permadani warna-warni yang kabarnya di rajut oleh penduduk Maroko di Sahara. Berbagai bentuk dan corak dapat Anda temukan dengan harga mulai dari 500 ribu rupiah.
Aneka Karpet dan Permadani
Parfum beraroma beragam bunga juga banyak dijual di pasar tradisional Fes dengan harga mulai dari 80 ribu rupiah.
Selain asyik untuk berbelanja, kota tua Medina juga banyak dikunjungi karena menjadi tempat berbagai arsitektur bergaya Islami.
Di madrasah Bou Inania yang dibangun sejak abad ke-13, para pengunjung non-muslim bisa melihat langsung kemegahan ukiran-ukiran kaligrafi di dinding, tembok, dan pintu yang masih terawat rapi.
Bou Inania
Perpustakaan dan masjid Qaraouyine tidak kalah menyuguhkan keindahan exterior lengkap dengan tangga dan kolam air yang didekorasi dengan ubin berwarna-warni. Masuk ke tempat-tempat bersejarah ini tidak dipungut biaya, namun umumnya pengunjung memberikan sumbangan sekitar 20 dirham atau 20 ribu rupiah.
Sangat menyejukkan untuk sekedar duduk dan mengagumi keindahan di dalam bangunan-bangunan ini, sepanas apapun cuaca di luar Fes. (sumber:http://rizkamaydita.tsalasi.com/)
Note: Jika anda merupakan wisatawan, rombongan wisata, jamaah Umroh plus Maroko, wisata Maroko, Travelling, atau rombongan dosen yang membutuhkan guide/tour leader berbahasa Indonesia selama di Maroko, silahkan kirim pesan langsung kepada kami, atau kontak kami di:
Sekedar informasi, bahwa warga negara Indonesia mendapatkan free visa selama 3 bulan kunjungan di Maroko.